ART NIGHTMARE
A note by hendrotan
A note by hendrotan
Written on March, 20, 2011
This article has been published in the magazine of Visual Arts on April, 2011 (page 42 - 44).
MANY
WONDER WHY IS IT THAT SINCE DECEMBER 2010 THROUGH MARCH 2011
COLLECTORS’ INTEREST IN ACQUIRING ART WORKS SHARPLY DECLINED? ALSO, WHY
DID THE PRICES OF A LOT OF ARTWORKS GET CORRECTED? THESE QUESTIONS
REFLECT CURIOSITY AND WORRY ON THE PART OF SOME IN THE ART WORLD THAT
ARE MARKET ORIENTED. KALANGAN SENIRUPA YANG BERKIBLAT KE PASAR.
It
would be better for you not to panic. Since time long past, it has even
been ordinary, during the period from December through the Chinese New
Year, i.e. in February the following year, transactions at art market
would be declining in volume. This has something to do with the fact
that passionate collectors and art investors would be busy with
end-of-year accounting issues or traveling with their families.
Moreover,
in this time being, with turmoil in the Middle East region, with their
impacts reaching everywhere including Indonesia, passionate collectors
(people collecting artworks on the sole basis of fondness), art
investors, art traders and art dealers (commonly known as market
players) all keep themselves controlled.
As
we know this current era of openness has caused all information to
spread so quickly that passionate collectors and market players know
better how quality of artworks has to be in concord with the quality of
the artists’ outlooks. Passionate collectors and market players now
realize, as if they awoke from nightmares, that in the 2000s, or 2007
and 2008 to be specific, they had made a lot of mistakes in their
selecting and even buying art works. Now they try to offer the ‘wrong
goods’ to the market, no matter the price as long as they can sell the
goods. More important is that the ‘wrong goods’ should leave their
stock. Consequently very significant correction of price takes place.
I’d
like to describe in brief the quality of the artists’ outlooks as I
stated above. Artists of mature outlooks regarding their art are in fact
(also) 1) thinkers 2) readers of books on the arts, 3) consistently
explorative throughout their careers, 5) regular presenters of their
works, running solo exhibitions every two or three years to show their
progresses and improved achievements, and, 6) sufferers of their own
selves with respect to obsessive mysteries.
Sufferers
of their own selves? By this I mean to refer to an attitude of avoiding
complacence thus maintaining aptness to experience unease that in turn
drives one to be ever creative and to produce quality works. Pablo
Picasso the maestro leaves us this highly famous, ”The chief enemy of
creativity is good sense”. For artists comfort will not help them create
excellent or radical or sensational works.
Two Choices
We
know that Indonesian artists have been growing fast in numbers. Young
artists are emerging from enclaves of art schools in Java and Bali as
well as from art shops all over Indonesia. The big volume of the growth
is not proportional to the growth of passionate collectors and
art-market players. So those who intend to go into the scene as
newcomers have to be prepared (in so many respects) lest they fall new
victims making wrong choices and wrong buys (of artworks).
They
could, I hope, take these following tips as reference. Before plunging
into the pursuit you should choose between these two available
positions: you’d like to become a respected passionate collector or a
profit-making market player.
If
you take the being-a-passionate-collector option, find for yourself a
professional and reputable art consultant (if you are a wealthy
collector) or, at least, an authoritative, reputable gallery owner (if
you are not too wealthy a collector). But this won’t be enough. You
should also often interact with senior collectors, visit museums abroad
at least three times a year and build up your knowledge by reading books
on art, good art journals and magazines. In addition, you should visit
exhibitions of quality artists at galleries, art fairs and biennials.
If
being a market player is your choice, be active to monitor market
trends, frequent the auction houses of Sotheby’s, Christie’s, Larasati,
Borobudur, Masterpiece and Sidharta to collect the entire fixed
transaction data and to feel floor emotions, don’t forget to record
prices of quality works at gallery and other exhibits, and join the
market-player community. You should also have data on galleries and
passionate collectors, regularly visit good exhibits at galleries, art
fairs and biennials, read good books and other publications on art
diligently, and, lastly, you should not buy works directly from artists’
studios because it will disrupt existent art infrastructures and
potentially create ‘tsunami’ of big loss on your part.
For
market players specializing in Old Master or Modern Art and Mooie Indie
it would be better to be part of a network and to help develop
small-scale suppliers in the areas of Jabodetabek, Bandung, Cirebon,
Semarang, Jogja, Solo, Surabaya, Malang and Bali. Besides, they should
pay close attention to the schedules at Christie’s and other smaller
auction houses in Europe because there would often be lots of quality
goods with low prices. It would also be good for you to know art dealers
or suppliers in Europe, particularly the Netherlands, England and
Germany.
Contemporary
In
my opinion, young people entering art world as passionate collectors
would be better to pick contemporary art as their collections or
interior home decorations.
What
is contemporary art? In trying to answer so brief a question, even
world-class experts in art have not found any agreement as yet. Experts
and the so-called laymen have their own definitions of it.
In
my personal view, contemporary art capitalizes on giving form and
visualization to the spirit of contemporariness, familiarity with
popular culture and its elements of politics and sociality, and
execution through artistic techniques that mix art and design. This is
to say that contemporary art is not an ism but a spirit, i.e. the spirit
of contemporariness. [hendrotan]
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
MIMPI BURUK SENIRUPA
Catatan hendrotan
tertulis tanggal 20 Maret 2011
Artikel ini telah terbit di Majalah Visual Art pada April 2011 (hal. 42 - 44).
BANYAK
ORANG BERTANYA-TANYA MENGAPA SEJAK BULAN DESEMBER 2010 SAMPAI MARET
2011, MINAT KOLEKTOR MEMBELI KARYA SENI RUPA MENURUN TAJAM ? MENGAPA
PULA HARGA KARYA SENIRUPA BANYAK YANG TERKOREKSI ?
PERTANYAAN-PERTANYAAN INI MENUNJUKKAN KEINGINTAHUAN SEKALIGUS
KEGUNDAHAN SEBAGIAN KALANGAN SENIRUPA YANG BERKIBLAT KE PASAR.
Sebaiknya
Anda tidak perlu panik. Sebab sejak dulu, bahkan sudah menjadi
kebiasaan bahwa pada setiap bulan Desember sampai dengan hari raya
Imlek, bulan Februari tahun berikutnya, pasar senirupa akan mengalami
penurunan transaksi. Hal klasik ini disebabkan oleh faktor para
passioned collector dan art investor pada sibuk urusan tutup buku di
perusahannya masing masing atau berwisata (traveling) bersama
keluarganya.
Apalagi
pada saat sekarang ini, adanya gonjang-ganjing di kawasan Timur Tengah,
yang imbasnya kemana-mana termasuk ke Indonesia, telah berakibat pada
passioned collector (yang mengoleksi karena kesenangan atau kesukaan
murni) dan pihak art investor, art trader dan art dealer (lazim disebut
pemain pasar) semua pada mengambil sikap menahan diri.
Seperti
kita ketahui bahwa era keterbukaan dewasa ini telah menjadikan semua
informasi cepat menyebar, cepat transparan, sehingga para passioned
collector dan pemain pasar kian mengerti bahwa kualitas karya harus
sejalan atau seiring dengan kualitas sikap si pembuat karya. Passionate
Collector dan Pemain Pasar kini tersadar, seperti bangun dari mimpi
buruknya, bahwa pada era 2000-an, tepatnya tahun 2007 dan 2008, selama
dua tahun itu telah banyak keliru memilih bahkan salah beli karya
senirupa. Kini mereka berupaya melempar kembali ”barang salah” itu ke
tengah pasar, tidak penting laku dengan harga berapa, yang lebih penting
adalah ”barang salah” itu tidak berada lagi dalam stoknya, sehingga
yang terjadi kemudian adalah koreksi harga besar besaran.
Saya
ingin menguraikan secara singkat mengenai kualitas sikap si pembuat
karya yang saya maksud. Seniman atau perupa yang sikap keperupaanya
matang pada hakekatnya adalah (juga) 1) Seorang pemikir, 2) Pembaca buku
pengetahuan seni, 3) Mereka memiliki semangat eksplorasi yang
konsisten, 4) Gaya hidupnya sederhana sekali, 5) Secara berkala, setiap
dua sampai tiga tahun sekali berpameran tunggal untuk menunjukkan
progres pencapaian karyanya, yang sudah seharusnya lebih bermutu dari
pameran yang sebelumnya, dan yang terakhir, 6) Penderita diri ( baca
menderitakan dirinya ) untuk mencapai sesuatu misteri.
Apa
itu penderita diri? penderita diri adalah sikap hidup yang menghindari
rasa nyaman agar tetap ”bisa resah dan gelisah” untuk terus kreatif dan
terpacu melahirkan karya-karya yang bermutu. Maestro Pablo Picasso dalam
ucapannya yang sangat terkenal, ”The chief enemy of creativity is good
sense”, musuh besar kreativitas seniman adalah rasa nyaman. Bagi
seniman, kenikmatan hidup atau kenyamanan tidak akan melahirkan karya
bagus atau radikal atau sensasional.
Dua Pilihan
Kita
tahu jumlah perupa di Indonesia tumbuh dengan pesat. Perupa-perupa muda
muncul dari kantong-kantong perguruan tinggi seni di Pulau Jawa, dan
Bali maupun perupa-perupa otodidak yang muncul dari berbagai art shop di
pelosok Tanah Air. Jumlah pertumbuhan perupa tersebut tidak sebanding
dengan pertumbuhan passioned colector dan pemain pasar senirupa ( lebih
banyak perupanya). Maka sebagai orang baru yang berminat terjun ke
bidang ini, harus melakukan persiapan (apa saja) agar tidak jadi korban
berikutnya, dalam arti keliru memilih dan salah beli barang (baca karya
senirupa).
Mungkin
tips saya ini bisa dipakai rujukan. Sebelum terjun, Anda terlebih
dahulu harus memilih satu diantara dua posisi yang ada : suka menjadi
passioned collector yang terhormat, atau pemain pasar yang cari mencari
rejeki.
Jika
Anda memilih sebagai passioned collector, maka dapatkan art consultan
yang profesional dan bereputasi baik (bagi kolektor kelas konglomerat)
atau setidaknya dapatkan owner gallery yang berbobot dan bereputasi
sangat baik sebagai konsultan (bagi kolektor non konglomerat). Tidak
cukup sampai disini. Anda juga harus rajin berdialog dengan kolektor
senior, mengikuti pelbagai diskusi dan seminar komunitas kolektor,
minimal tiga tahun sekali travelling keluar masuk museum di luar negeri,
menambah pengetahuan lewat buku-buku seni, jurnal dan majalah senirupa
yang bermutu. Selain itu juga harus mengunjungi pameran-pameran perupa
yang bermutu di galeri, art fair dan bienalle.
Bila
Anda memilih posisi sebagai pemain pasar maka aktiflah memonitor tren
pasar, keluar masuk Balai Lelang Sotheby’s, Christie’s, Larasati,
Borobudur, Masterpiece dan Sidharta untuk mengumpulkan data lengkap fix
transaction dan merasakan floor emotion, sangat perlu juga mendata harga
karya bermutu dipameran galeri dan anjang pameran lainnya, dan
berkomunitas dengan sesama pemain pasar. Selain itu perlu memiliki data
galeri dan passion collector, rutin mengunjungi pameran yang bermutu di
galeri, art fair dan bienalle, rajin membaca buku dan majalah seni rupa
yang bagus dan yang terakhir janganlah membeli langsung ke studio perupa
atau seniman, karena akan merusak konstruksi infrastruktur seni rupa
yang ada, dan berpotensi ”tsunami” kerugian yang besar bagi Anda.
Untuk
Pemain Pasar spesialis Old Master atau lukisan aliran Modern Art dan
Mooij Indie sebaiknya Anda memiliki jaringan dan membina pemasok –
pemasok kecil seni rupa di daerah Jabodetabek, Bandung, Cirebon,
semarang, Jogja, Solo, Surabaya, Malang dan Pulau Bali. Selain itu juga
memperhatikan agenda lelang Christie’s dan balai lelang kecil lainnya di
Eropa, karena sering kali keluar lot mutu bagus dengan harga murah.
Disarankan pula Anda berkenalan dengan Art Dealer atau pemasok di Eropa,
khusus Belanda, Inggris dan Jerman.
Kontemporer
Menurut
hemat saya, anak-anak muda yang terjun ke dunia senirupa sebagai
passioned collector,akan lebih baik memilih karya kontemporer sebagai
koleksinya, atau sebagai pelengkap hiasan interior rumahnya.
Apakah
seni kontemporer itu? Untuk menjawab pertanyaan pendek ini, para ahli
senirupa dunia bahkan, sampai sekarang belum punya kata sepakat.
Masing-masing pakar, hingga orang awam mempunyai definisinya
masing-masing.
Saya
pribadi berpandangan bahwa senirupa kontemporer berpokok pada perupaan
dari semangat kekinian, pengetahuan budaya popular yang berunsur politik
dan sosialitas keseharian, dikerjakan dengan teknik artistik tersilang
antara senirupa dan desain. Tegasnya seni kontemporer bukan merupakan
sebuah aliran melainkan semangat kekinian. [hendrotan]