Kamis, 30 September 2010

INTERAKSI BELAJAR MENGAJAR













Interaksi Belajar Mengajar

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj6BIuEs53hMhITwlC5WGZyz7qxRGfDbYwDLOPRppOciDqiTh5qLaZAzyuFkh9kD0ZndWU8ajg6v7wFVecaSk3fbeMH4C970JUYiUSoPa6ln7APSarrZ2hGYGUlSupwi0L5GFiEsyth1dA/s320/AG00011_.GIFPada postingan kali ini saya akan sedikit membahas tentang Interaksi Belajar Mengajar, sebab untuk menjadi guru yang professional tentu harus memahami apa itu Interaksi Belajar Mengajar dalam proses pembelajaran, faktor faktor apa saja yang mempengaruhi dan bagaimana penerapannya.
Secara sederhana Interaksi Belajar Mengajar adalah suatu kegiatan yang bersifat interaktif dari berbagai komponen untuk mencapai tujuan atau hasil belajar pembelajaran. Dimana komponen komponen Interaksi Belajar Mengajar terdiri dari : faktor guru, faktor siswa, faktor kurikulum dan faktor lingkungan.
Di dalam Interaksi Belajar Mengajar, guru memegang kendali utama untuk keberhasilan tercapainya tujuan. Oleh sebab itu guru harus memiliki keterampilan mengajar, mengelola tahapan pembelajaran, memanfaatkan metode menggunakan media dan mengalokasi waktu. Kelima hal ini merupakan pendekatan guru di dalam Interaksi Belajar Mengajar untuk mengkomunikasikan tindakan mengajarnya, demi tercapainya tujuan pembelajaran
Siswa di dalam Interaksi Belajar Mengajar adalah subyek yang akan mencapai tujuan pembelajaran dalam bentuk hasil belajar. Setiap siswa memiliki karakteristik umum dan khusus yang harus diketahui oleh guru. Karakteristik siswa secara khusus dapat dilihat dari berbagai sudut, antara lain dari sudut gaya belajarnya,
Selanjutnya faktor dalam Interaksi Belajar Mengajar adalah faktor Kurikulum. Di dalam kurikulum setiap mata pelajaran dituangkan kompetensi, indikator pencapaian dan materi pelajaran. Kompetensi dan indikator merupakan tujuan pembelajaran dalam bentuk perilaku (hasil belajar) yang harus diukur dengan menggunakan berbagai teknis dan alat penilaian. Sedangkan materi pelajaran dalam kurikulum harus diorganisasikan untuk memudahkan siswa memahaminya
Faktor terakhir dalam Interaksi Belajar Mengajar adalah faktor lingkungan. Lingkungan merupakan konteks terjadinya penglaman belajar, dapat berupa lingkungan fisik (kelas, laboratorium, tata ruang, situasi fisik yang ada disekitar kelas ) dan lingkungan non fisik (cahaya, ventilasi, suasana belajar, musik latar).
Lingkungan fisik dapat difungsikan sebagai sumber belajar yang direncanakan atau yang dimanfatkan. Sedangkan lingkungan non fisik difungsikan untuk menciptakan suasana belajar yang nyaman dan kondusif









Metode Interaksi Belajar Mengajar Individu

Mei

02

Joesafira

METODE INTERAKSI BELAJAR MENGAJAR INDIVIDU

A. Metode Interaksi Belajar Mengajar Individu

Pendidikan dapat dirumuskan dari sudut normatif, karena pendidikan menurut hakikatnya memang sebagai suatu peristiwa yang memiliki norma. Artinya bahwa dalam peristiwa pendidikan, pendidin (pengajar/guru) dan anak didik (siswa) berpegang pada ukuran, norma hidup, pandangan terhadap individu dan masyarakat, nilai-nilai moral, kesusilaan yang semuanya merupakan sumber norma didalam pendidikan.

Proses belajar mengajar akan senantiasa merupakan proses kegiatan interaksi anatara dua unsur manusiawi, yakni siswa sebagai pihak yang belajar, dan guru sebagai pihak yang mengajar, dengan siswa sebagai subyek pokoknya. Dalam proses interaksi antara siswa dengan guru, dibutuhkan komponen-komponen pendukung seperti antara lain telah disebut pada ciri-ciri interaksi edukatif. Komponen tersebut dalam berlangsungnya proses belajar mengajar yang dikatakan sebagai proses teknis yang tidak dapat dipisahkan.

Sehubungan dengan uraian diatas, interaksi edukatif yang secara spesifik merupakan proses atau interaksi belajar mengajar itu, memiliki ciri-ciri khusus yang membedakan dengan bentuk interaksi yang lain.

Edi Suardi dalam bukunya paedagogik (1980) merincikan ciri-ciri interaksi interaksi belajar mengajar sebagai berikut :

  1. Interaksi belajar mengajar memiliki tujuan, yakni untuk membantu anak dalam suatu perkembnagan tertentu.
  2. Ada suatu prosedur (jalannya interaksi) yang direncana, didesain untuk mencapai tujuan yang telaj ditetapkan.
  3. Interaksi belajar mengajar ditandai dengan sauatu penggarapan materi yang khusus.
  4. Ditandai dengan aktifitas siswa.
  5. Dalam interaksi belajar mengajar, guru berperan penting sebagai pembimbing,
  6. Di dalam interaksi belajar mengajar dibutuhkan disiplin.
  7. Ada batas waktu
  8. Diakhiri dengan evaluasi

B. Metode Interaksi Belajar Mengajar Individu

Metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, dalam kegiatan belajar mengajar, metode diperlukan oleh guru guna kepentingan pembelajaran. Dalam pelaksanaan tugas guru sangat jarang menggunakan satu metode, tetapi selalu memakai lebih dari satu metode karena karakteristik metode yang memilki kelebihan dan kekurangan menuntut guru untuk menggunakan metode yang bervariasi . Sebagai seorang guru tentu saja tidak boleh lengah bahwa ada beberapa hal yang patut diperhatikan dalam penggunaan metode dalam proses interaksi belajar mengajar individu.

1. Metode Tanya Jawab

Untuk mencipatakan kehidupan interaksi belajar mengajar perlu guru menimbulkan metode Tanya jawab atau dialaog, ialah suatu metode untuk memberi motivasi pada siswa agar bangkit pemikirannya untuk bertanya selama mendengar pelajaran .

Metode Tanya jawab ialah suatu cara penyajian bahan pelajaran melalui bentuk pertanyaan yang perlu dijawab oleh anak didik. Dengan metode ini, antara lain dapat dikembangakan keterampilaan mengamati, menginterprestasi, mengklasifikasi,membuat kesimpulan dan menerapkan.

Penggunaan metode Tanya jawab bermaksud memotivasi anak didik untuk bertanya selama proses belajar mengajar. Metode Tanya jawab mempunyai tujuan agar siswa dapat mengerti atau mengingat ingat tentang apa yang dipelajari.

a. Metode Tanya jawab ini layak dipakai bila dilakukan:

  • Sebagai pengulang pelajaran yang telah lalu
  • Sebagai selingan dalam menjelaskan pelajaran
  • Untuk merangsang siswa agar perhatian mereka terpusat pada masalah.
  • Untuk mengarahkan proses berfikir siswa.
  • Kelabihan Metode Tanya Jawab
  • Lebih mengaktifkan anak didik disbanding dengan metode ceramah
  • Anak akan lebih cepat mengerti
  • Mengetahui perbedaan pendapat antara anakn didik dan guru.
  • Pertanyaan dapat menarik dan memusatkan perhatian anak didik

b. Kekurangan Metode Tanya Jawab

  • Mudah menyimpang dari pokok persoalan
  • Dapat menimbulkan masalah baru
  • Anak didik kadang merasa takut untuk memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan kepadanya.
  • Sukar membuat pertanyaan yang sesuai dengan tingkat berfikir dan pemahaman anak didik.
  • Waktu yang dipergunakan dalam pembelajaran tersita karena banyaknya pertanyaan yang timbul dari siswa
  • Jalannya pengajaran kurang dapat terkoordinir secara baik karena tidak bisa dijawab secara tepat baik oleh guru atau siswa.

2. Metode Tugas

Metode tugas adalah metode penyajian bahan dimana guru memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar. Masalah tugas yang dilaksanakan oleh siswa dapat dilakukan didalam kelas, dihalaman sekolah, dan diperpustaan ataupun dirumah asalkan tugas itu dapat dikerjakan.

Metode ini diberikan karena dirasakan bahan pelajaran yang terlalu banyak sementara waktu sedikit. Tugas biasanya bisa dilaksanakan dirumah, disekolah, dan diperpustakaan. Tugas bisa merangsang anak untuk aktif belajar, baik secara individuala ataupun kelompok.

Ada langkah – langkah yang harus diikuti dalam menggunakan metode tugas yaitu:

1. Fase Pemberian Tugas

Tugas yang diberikan kepada siswa hendaknya mempertimbangkan :

  • Tujuan yang akan dicapai
  • Jenis tugas yang jelas dan tepat hingga anak mengerti apa yang ditugaskan tersebut.
  • Sesuai dengan kemampuan siswa.
  • Ada petunjuk atau sumber yang dapat membentu pekerjaan siswa.
  • Sediakan waktu yang cukup untuk mengerjakan tugas tersebut.

2. Langkah Pelaksanaan Tugas

  • Di berikan bimbingan atau pengawasan oleh guru
  • Di berikan dorongan sehingga anak mau mengerjakannya
  • Di usahakan atau dikerjakan oleh siswa sendiri, tidak menyuruh orang lain
  • Di anjurkan agar siswa mencatat hasil – hasil yang ia peroleh dengan baik dan sitematik

3. Fase Pertanggung Jawaban Tugas

  • Laporan siswa baik lisan atau tulisan dari apa yang telah dikerjakan nya.
  • Ada tannya jawab atau diskusi
  • Penilaian hasil pekerjaan siswa baik dengan tes atau nontes

a. Kelebihan Metode Tugas

  • Lebih merangsang siswa dalam melakukan aktivitas belajar individual.
  • Dapat mengembangkan kemandirian siswa diluar pengawasan guru.
  • Dapat membina tanggung jawab dan disiplin siswa
  • Dapat mengembangkan kreativitas siswa

b. Kekurangan Metode Tugas

  • Siswa sulit dikontrol, apakah benar ia yang mengerjakan tugas atau orang lain
  • Tidak mudah memberi tugas yang sesuai dengan perbedaan individu siswa
  • Sering memberi tugas yang monoton (tidak bervariasi) dapat menimbulkan kebosanan siswa.

3. Metode Latihan

Metode latihan yang disebut juga metode training merupakan suatu cara mengajar yang baik untuk menanamkan kebiasaan–kebiasaan tertentu, juga sebagai sarana untuk memelihara kebiasaan-kebiasaan yang baik. Sebagai suatu metode yang diakui banyak mempunyai kelebihan, juga tidak disangkal bahwa metode latihan mempunyai beberapa kelemahan. Maka dari itu guru yang ingin mempergunakan metode latihan ini kiranya tidak salah bila memahami metode ini.

a. Kelebihan Metode Latihan

  • Untuk memperoleh kecakapan motoris : seperti menulis, menghapal dan lain-lain.
  • Untuk memperoleh kecakapan mental atau intelek seperti dalam perkalian, menjumlah, pengurangan, dan pembagian dan lain-lain.
  • Untuk memperoleh kecakapan dalam bentuk asosiasi yang dibuat seperti hubungan sebab akibat.
  • Pembentukan kebiasaan yang dilakukan dan menambah ketepatan serta kecepatan pelaksanaan.

b. Kelemahan Metode Latihan

  • Menghambat dan menimbulkan penyesuaian secara statis kepada lingkungan.
  • Kadang–kadang ; latihan yang dilaksanakan secara berulang–ulang merupakan hal yang monoton dan mudah membosankan.

c. Membentuk kebiasaan yang kaku

Ketika guru sedang mengajar didepan kelas, terjadilah dua proses yang terpadu yaitu, proses belajar mengajar. Seorang pengajar dapat mengartikan belajar sebagai kegiatan pengumpulan fakta atau juga dapat dikatakan bahwa belajar merupakan suatu proses penerapan prinsip. Penggunaan metode diskusi memang tidak mudah, selama diskusi berlangsung siswa mungkin membutuhkan banyak bantuan, misalnya, bantuan berupa penjelasan atau penegasan dari guru jika kesulitan menghadapi.

Ketika berdiskusi atau Tanya jawab mungkin timbul situasi yang sulit terutama jika tujuan – tujuan instruksionalnya saling bertentang. Karena itu guru harus menjaga agar diskusi memuat masalah tertentu dan memberikan kebebasan kepada siswa untuk berbicara dan mengutarakan pendapatnya, dari sinilah penerepan prinsip yang tepat adalah penggunaan prinsip kebebasan dinama semua anak bebas menyampaikan pendapatnya dengan pendapat yang relevan terhadap materi diskusi.

4. Metode Pembiasaan.

Secara Etimologi pembiasaan asal katanya adalah “biasa”. Dalam kamus besar bahasa Indonesia kata “biasa” adalah, lazim dan umum, dalam kaitannya dengan metode pengajaran dalam pendidikan Islam, dapat dikatakan bahwa pembiasaan adalah sebuah cara yang dapat dilakukan untuk pembiasaan anak didik berfikir, bersikap dan bertindak sesuai dengan tuntunan ajaran agama Islam.

Pembiasaan dinilai sangat efektif jika pada penerapannya dilakukan terhadap peserta didik yang berusia anak-anak kecil dari usia 3 – 11 tahun, karena anak seusianya memiliki rekaman ingatan yang sangat kuat dan kondisi kepribadiannay yang belum matang sehingga mereka mudah terlarut dalam kebiasaan-kebiasaan yang mereka lakukan sehari – hari. Tetapi bukan tidak mungkin bila metode pemhajaran pembiasaan ini diterapkan pada tingkat awal remaja dan remaja.

Oleh karena itu lah ada syarat – syarat dalam pemakaian metode ini yaitu antara lain:

  1. Mulailah pembiasaan sejak dini.
  2. Pembiasaan hendaknya dilakukan secara kontiniu.
  3. Pembiasaan hendaknya diawasi secara ketat.
  4. Pembiasaan yang pada mulanya hanya bersifat mekanistis, hendaknya secara berangsur-angsur dirubah menjadi kebiasaan yang verbalistik.

a. Kelebihan Metode Pembiasaan

  • Dapat menghemat tenaga dan waktu dengan baik.
  • Pembiasan tidak hanya berkaitan dengan aspek lahiriyah tetapi juga berhubungan dengan aspek batiniah.
  • Pembiasaan adalah metode yang paling berhasil dalam pembentukan kepribadian anak didik.

b. Kekurangan Metode Pembiasaan

Membutuhkan tenaga pendidik yang dapat dijadikan contoh tauladan di dalam menanamkan sebuah nilai kepada anak didik. Baik dalam perkataan dan dalam mengaplikasikan perkataanya itu dengan perbuatan.

5. Metode Keteladanan

Keteladanan dalam bahasa arab di sebut uswah, iswah, atau qudwah, qidwah yang berarti perilaku baik yang dapar ditiru oleh orang lain (anak didik). Metode keteladanan memiliki peranan yang sangat signifikan dalam upaya pencapaian keberhasilan pendidikan.

a. Kelebihan Metode Keteladanan

  • Akan memudahkan anak didik dalam menerapkan ilmu yang dipelejari disekolah
  • Akan memudahkan guru dalam mengevaluasi hasil belajarnya.
  • Agar tujuan pendidikan lebih terarah dan tercapai dengan baik.
  • Bila keteladanan dalam sekolah, keluarga, dan masyarakat yang baik, maka akan tercipata situasi yang baik.
  • Tercipata hubungan yang harmonis antara guru dan siswa.
  • Secara tidak langsung guru dapat menerapkan ilmu yang diajarkannya.
  • Mendorong guru untuk selalu berbuat baik karena akan dicontoh oleh siswanya.

b. Kekurangan Metode Keteladanan

  • Jika figure yang mereka contoh tidak baik, maka mereka cenderung untuk mengikuti tidak baik pula.
  • Jika teori tanpa praktek akan menimbulkan verbalisme.


DAFTAR PUSTAKA

Sardiman, Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar, 2005. Rajawali/Grafindo Persada. Jakarta.

Djamarah, Syaiful Bahri. Guru Dan Anak Didik, 1997. Rineka Cipta . Jakarta

Roestiyah, Strategi Belajar Mengajar, 1991. Rineka Cipta. Jakarta

Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. Strategi Belajar Mengajar, 2002. Rineka Cipta. Jakarta.

Usman Basyirudin. Metodologi Pembelajaran Agama Islam,2002. Ciputat Pers, Jakarta.

Sudjana Nana, Dasar – Dasar Belajar Mengajar, 2000. Pt. Sinar Baru Algesindo. Bandung.

Djamarah Syaiful Bahri, Strategi Belajar Mengajar.1997. Rineke Cipta . Jakarta

Arief, Armai, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, 2002. Ciputat Pers. Jakarta

KREATIVITAS, PASAR DAN MEDIA

Rabu, 29 September 2010 - 08:12
Tegangan antara Kreativitas, Pasar, dan Media
oleh Satmoko Budi Santoso
Kap lampu dalam citra estetika Masmundari (almarhumah), seniman perempuan yang masih kreatif pada usia senja. Karya ini terpampang pada Biennale Jatim 2008. (foto: kuss)
PERBINCANGAN mengenai tegangan kreativitas, pasar, dan media memang tak pernah habis digali. Setiap seniman punya hak memaparkan perspektif. Upaya Indonesia Art News untuk menjaring pendapat seniman dari berbagai kota di Indonesia terus menuai hasil. Kini ada 2 seniman-dosen yang ditampilkan dalam kapasitas bingkai perbincangan mengenai kreativitas, pasar, dan media tersebut.

Di mata Andre Tanama, perupa dan dosen Seni Grafis, Fakultas Seni Rupa, Institut Seni Indonesia Yogyakarta memandang nilai kreativitas adalah sesuatu hal yang berproses. Contohnya, perupa yang berjaya di usia tua tentu karena memiliki pondasi yang kuat dan kesiapan mental yang cukup. Tentu saja, mereka telah melalui perjalanan proses kreatif yang tidak instan.

”Laku prihatin dulu, berjuang keras, dan akhirnya menjadi bintang mungkin bisa menjadi pelajaran berharga bagi perupa muda. Meraih kejayaan memang tidak semudah diperoleh secara instan. Memang, sekarang, kondisi telah berkembang. Apalagi aspek teknologi, IT, dan jaringan sudah sangat terbuka. Tapi, pondasi yang kuat tetaplah perlu dibangun,” tutur Andre.

Untuk mendukung semua itu, maka layak jika infrastruktur senirupa jika perlu dibenahi, perlu sinkronisasi antara semua stake holders-nya. Tak bisa dihakimi salah satunya. Misalnya, ini yang salah institusi akademisnya, ini yang keliru galerinya, atau ini yang tidak profesional senimannya. Semua saling berkait. Ibarat gurita seni rupa. Salah di satu komponen, bisa merambah ke komponen lainnya. Oleh sebab itu pula, maka perlu adanya wadah semacam asosiasi. Kalau galeri ada Asosiasi Galeri Seluruh Indonesia (AGSI), mungkin bisa membuat Asosiasi Kolektor Seluruh Indonesia (AKSI). Bisa juga ada Asosiasi Seniman Indonesia (ASI), atau Asosiasi Institut Seni Indonesia (AISI). Semisal ada AGSI, AKSI, ASI, dan AISI bisa duduk bersama, mengevaluasi gejala-gejala yang kritis terhadap dunia seni rupa.

“Berkaitan dengan kreativitas pula, maka definisi karya yang berkarakter menurut saya tidak hanya pada aspek orisinalitas. Karena periode perkembangannya sudah sangat luas, maka akan sangat arogan jika kita bilang ini lukisan yang orisinal, belum ada yang gambarnya seperti ini. Konsepnya seperti ini. Karya yang berkarakter menurut saya yang sesuai dengan state of mind kita. Seraya tetap menjaga konsep, gagasan, kualitas karya, integritas berkarya, dan terbuka pada ide baru, serta terus mengembangkan intelektualitas,” papar Andre.

Dalam situasi seperti itu, posisi pasar menurut Andre memang seperti dua sisi mata uang. Bisa menjadi momok bagi kreativitas seniman perupa namun dapat juga menjadi pemicu kreativitas perupa. Kembali pada pondasi dan bekal yang dimiliki perupanya. Apakah ia dikontrol pasar, atau pasar yang ditaklukkan perupa. Namun, jika melihat keadaan pasar kini, sepertinya hegemoni pasar sangatlah kuat. Hingga banyak karya yang terintervensi baik secara visual, gagasan, maupun medianya.

Dalam kaitan itu pula, sebagai bagian dari infrastruktur senirupa yang sangat penting kehadirannya, di mata Raden Triyanto, dosen seni rupa Universitas Negeri Medan (Unimed) melihat posisi media seni rupa cukup menarik diamati. Bagi Triyanto, di banyak media terutama nasional (Jakarta) hanya mengenal segelintir penulis seni rupa. Akibatnya, baik bahasa dan gaya pembahasannya terlihat menjadi monoton. Belum lagi penggunaan pilihan kata yang sulit dicerna terutama oleh orang-orang yang jauh dari pusaran aktivitas seni. Padahal mereka juga mempunyai hak untuk tahu.

“Sebagai bahan bacaan bolehlah dikatakan sudah ada banyak pilihan. Dengan infrastruktur seni lainnya juga sebaiknya sinergis dalam satu simpaian (jalinan) erat. Begitu teori sosiologi seni mengajarkan. Jadi, dunia seni bukan hanya dibangun oleh seniman, tetapi juga adanya peran lembaga (galeri, sanggar, pendidikan), kritikus, kurator, media, pemerintah, dan pelindung seni,” ujar Triyanto, ”Kalau soal bisnis media cetak seni, wajar saja jika cukup sulit. Karena dunia seni masih diletakkan pada prioritas kesekian dari aktivitas kehidupan sehari-hari.” ***