Jumat, 18 Juni 2010

JUARA INDONESIA ART AWARD






Jum'at, 18 Juni 2010 - 00:08
Inilah Pemenang IAA 2010
oleh Tim Indonesia Art News





Suasana keriuhan pembukaan pameran finalis Indonesia Art Award 2010 di Galeri Nasional Indonesia dengan latar belakang karya lukisan salah satu pemenang IAA 2010, Tatang Ramadhan Bouqie. (foto: kuss)
TATANG Ramadhan Bouqie dari Jakarta, Wilman Syahnur (Yogyakarta) dan Edwin Windu Pratama/Ewing (Bandung), masing-masing merebut posisi 3 Besar Indonesia Art Award 2010. Sementara 2 seniman lain, yakni Ariswan Aditama dan M. Pringgotono memperoleh Special Mentioned. Karya lima senima tersebut terpilih setelah melalui seleksi yang ketat dari sebuah tim juri yang terdiri dari 5 orang, masing-masing Jim Supangkat (juri), Asmudjo J. Irianto, Suwarno Wisetrotomo, Rizki A. Zaelani, dan Kuss Indarto. Tatang menampilkan 4 panil karya lukisan bertajuk “Teater dari Saluran 99” (200 x 1.200 cm, cat akrilik, 2009). Karya seniman yang juga mantan illustrator majalah berita mingguan Tempo ini tampill begitu naratif dengan manusia “polkadot“ sebagai figur sentral dalam karyanya. Sedang Wilman Syahnur mengetengahkan karya patung bercitra Presiden Amerika Serikat, Barrack Obama, yang tengah menumpang becak. Karya bertitel “Membuat Obama dan Perdamaian yang Dibuat-buat” itu didampingkan dengan beberapa foto prosesi Wilman Syahnur sendiri yang tengah mengendarai becak dengan penumpang Obama berkeliling kota Yogyakarta. Dan Edwin Windu Pratama yang mengikutkan karyanya, “The Good, The Bad, The Restless”, yang berupa karya instalatif dengan video art ada di dalamnya.

Para seniman yang mendapatkan penghargaan 3 Besar IAA 2010 mendapatkan hadiah uang masing-masing sebesar Rp 50.000.000 (limapuluh juta rupiah). Sedang 2 seniman lain yang mendapatkan penghargaan Special Mentioned masing-masing berhak meraih uang sebesar Rp 15.000.000 limabelas juta rupiah). Karya yang berhak mendapatkan Special Mentioned adalah karya seni grafis berjudul “Police Shoot Them” kreasi Ariswan Adhitama (145x165 cm), dan karya instalasi dinding berupa barisan 12 helm bergambar gubahan MG. Pringgotono. Kelima karya ini menyingkirkan para pesaingnya yang berjumlah hingga 93 finalis. 93 karya finalis ini sendiri merupakan saringan dari sekitar 1.200 karya seniman dari seluruh Indonesia yang berminat mengikuti kompetisi Indonesia Art Award 2010.

Dalam sambutan pembukaan pameran IAA 2010, Kamis malam, 17 Juni 2010, Ketua Umum Panitia yang juga Ketua Umum Yayasan Seni Rupa Indonesia (YSRI), Miranda Goeltom, menyatakan bahwa hasil kompetisi kali ini sungguh menggembirakan. Miranda melihat tidak sedikit karya menarik yang lolos sebagai finalis IAA 2010 ini. Oleh karenanya pihaknya berminat untuk menampilkan beberapa karya yang ada termasuk dalam finalis ini untuk ditampilkan dalam perhelatan lain (setelah pameran ini) di forum lain, yakni di Singapura. Bahkan tidak mungkin dalam forum lain yang lebih “mendunia”. Namun Miranda belum secara persis menyebutkan tempat dan forum tersebut secara definitif.

Pada kesempatan lain, Katua Tim Juri/Kurator, Jim Supangkat menilai bahwa banyak karya yang tampil sebagai finalis kali ini memiliki kekuatan yang berarti. Ada beberapa kekuatan karya yang bisa dilacak di dalamnya, yakni kekuatan dalam narasi, dramatika, dan kemampuan craftsmanship yang sangat memadai. Memang, lanjutnya, seni rupa kontemporer tidak secara otomatis dimaknai sebagai karya yang mengandung beberapa unsur di atas. Namun, setidaknya, beberapa karya menunjukkan tendensi yang kuat pada aspek tersebut. Dan inilah yang banyak terjadi dan dialami pada diri seniman. Craftmanship kemudian bersenyawa dengan kemampuan seniman membaca dan membawa aspek intuisi dalam kerja kreatifnya. Tanpa sadar, tutur Jim, para seniman kontemporer dewasa ini memang menjadikan aspek intuisi sebagai hal yang mendasar dan kuat sebagai basis tradisi melahitkan karya.

Dalam pembukaan pameran IAA 2010, Gubernur DKI Jakarta, DR. Fauzie Bowo, batal membuka pameran, dan diwakilkan kepada Ir. Aurora Tambunan, Kepala Dinas Permuseuman dan Purbakala DKI Jakarta. Ada ribuan seniman, pencinta seni, kalangan pers dan media massa, dan lain-lain, yang memadati halaman dan ruang pameran utama Galeri Nasional Indonesia (GNI) Jakarta. ***