Senin, 11 Juli 2011

ABSTRACT THESIS

ABSTRAK

Hamzah, Sutikno. 2011. Pengaruh Penggunaan Metode Eksperimen dan Demonstrasi dengan Gaya Belajar Siswa terhadap Hasil Belajar senirupa Kelas XI IPS di SMA Nahdlatul Ulama 1Gresik dan SMA Muhammadiyah 1 Gresik. Tesis. Program Studi Teknologi Pembelajaran, Program Pascasarjana Universitas PGRI Adi Buana Surabaya. Pembimbing (I) Prof. Dr.H.Iskandar Wiryokusumo, Msc.(II) Drs. Noor Fatirul ,ST,M.Pd.

Kata Kunci: Metode eksperimen, Gaya belajar, Hasil Belajar Seni Rupa

Tujuan penelitian ini adalah: (1) Untuk mengungkap dan menganalisis secara empirik, ada atau tidaknya perbedaan hasil belajar senirupa antara siswa yang diajar dengan menggunakan metode eksperimen dengan siswa yang diajar dengan menggunakan metode demonstrasi. (2) Untuk mengungkap dan menganalisis secara empirik, ada atau tidaknya perbedaan hasil belajar biologi antara siswa yang mempunyai gaya belajar (a) auditorial, (b) visual dan (c) kinestetik. (3) Untuk mengungkap dan menganalisis secara empirik , ada atau tidaknya pengaruh interaksi antara metode eksperimen dan demonstrasi dengan gaya belajar terhadap hasil belajar senirupa

Metode penelitian ini digolongkan penelitian eksperimen, dengan rancangan “Randomized control group pretes-postes design”. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 445 siswa kelas XI IPS, yaitu mereka yang belajar di SMA Nahdhlatul Ulama 1 Gresik dan SMA Muhammadiyah1 Gresik, tahun pelajaran 2010-2011. Dengan cara random undian ditetapkan 4 kelas sebagai sampel penelitian, dengan hasil undian untuk kelas XI SMA Nahdlatul Ulama1 Gresik adalah: kelas XI IPS 1 (kelas yang menggunakan metode demonstrasi, dengan gaya belajar yang berbeda) sebanyak 45 siswa dan kelas XI IPS2 (kelas yang menggunakan metode eksperimen, dengan gaya belajar yang berbeda) sebanyak 45 siswa. Sedangkan untuk kelas XI SMA Muhammadiyah1 XI IPS 3 (kelas yang menggunakan metode demonstrasi, dengan gaya belajar yang berbeda) sebanyak 40 siswa dan kelas XI IPS 1 (kelas yang menggunakan metode eksperimen, dengan gaya belajar yang berbeda) sebanyak 39 siswa.

Sebelum digunakan, instrument tes (tes formatif) terlebih dahulu diuji cobakan pada siswa kelas XI IPS lainnya yang bukan menjadi sampel penelitian, hasil yang diperoleh selanjutnya dianalisis untuk mengetahui nilai validitas, reliabelitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran. Sedangkan untuk instrument yang berupa angket, yaitu untuk mengetahui adanya perbedaan gaya belajar siswa, peneliti menggunakan validitas isi (content validity) dengan cara konsultasi dengan pakar pendidikan (Dosen pembimbing), yang selanjutnya dilakukan perhitungan untuk mengetahui validitas dan reliabilitas angket yang digunakan.

Sebelum dilakukan eksperimen, semua siswa yang menjadi sampel penelitian diberi soal pretes dengan instrument yang telah diuji cobakan. Dari perhitungan kedua instrument tersebut di atas, dapat diketahui bahwa semua siswa yang menjadi sampel penelitian, baik siswa yang belajar di SMA Nahdlatul Ulama 1 Gresik maupun siswa yang belajar di SMA Muhamadiyah1 Gresik mempunyai kemampuan awal yang sama atau bersifat homogen.

Setelah eksperimen selesai, selanjutnya dilakukan perhitungan uji hipotesis setiap variable yang telah dirumuskan dalam penelitian ini, yaitu atas dasar hasil belajar siswa yang diambil dari selisih antara nilai postes dan nilai pretes. Dari perhitungan ditemukan bahwa: (1) untuk hipotesis pertama dengan tarap kesalahan 5% Ho ditolak, dengan demikian hipotesis pertama dari penelitian ini diterima. Sehingga dapat disimpulkan, ada perbedaan hasil belajar senirupa antara siswa yang diberi perlakuan dengan menggunakan metode eksperimen dan siswa yang diberi perlakuan dengan menggunakan metode demonstrasi. (2) untuk hipotesis kedua dengan tarap kesalahan 5% Ho ditolak, dengan demikian hipotesis kedua dari penelitian ini diterima. Sehingga dapat disimpulkan, ada perbedaan hasil belajar senirupa antara siswa yang mempunyai gaya belajar auditorial, visual dan kinestesis. (3) untuk hipotesis ketiga dengan tarap kesalahan 5% Ho ditolak, dengan demikian hipotesis ketiga dari penelitian ini diterima. Sehingga dapat disimpulkan, ada interaksi antara metode eksperimen dan demonstrasi dengan gaya belajar siswa terhadap hasil belajar senirupa siswa kelas XI IPS di SMA Nahdlatul Ulama 1 Gresik dan SMA Muhammadiyah 1 Gresik.

ABSTRACT

Hamzah,Sutikno. 2011. The influence of the use of experiment and demonstration method with students style of learning to ward learning achievement for VISUAL ART to students class XI social at SMA Nahlatul Ulama 1 Gresik and SMA Muhammadiyah 1 Gresik. Thesis, study program of Learning Technology, Postgraduate Work PGRI Adi Buana Surabaya University. Advisors (I) Prof. Dr.H.Iskandar Wiryokusumo.Msc. (II) Drs Noor Fatirul ,ST,Mpd.

Key words : Experiment method, style of learning, learning achievement for Visual Art.

The purpose of the research are : (1) to reveal and analyze empirically whether there is the difference in visual art learning achievement between students taught by experiment method from student taught by demonstration method. (2) to reveal and analyze empirically whether there is the different in visual art learning achievement between students who have style of learning as : (a) auditorial (b) visual and (c) kinesthetic. (3) to reveal and analyze empirically whether there is influence of interaction between experiment method and style of learning toward learning achievement for visual art.

The research is classified as experiment research with the plan randomized control group pretest-post test design. The population used in the research are 445 students class XI social namely students school year 2010 – 2011 at SMA Nahdlatul Ulama 1 Gresik and SMA Muhammadiyan 1 Gresik. As sample of the research, it is decided 4 classes in random with the result as follow : demonstration method is given to 45 students class XI social 1 at SMA Nahdlatul Ulama 1 Gresik and experiment method with different style of learning is treated to 45 student class XI science 3. Whereas for student at SMA Muhammadiyah 1 Gresik have been decided 40 students class XI social 3 (class which is treated by demonstration method with different style of learning) and 39 students class XI social 1 (class which is treated by experiment method with different style of learning).

Formative test is done by giving test before to other students who are not sample of the research. Then the result got is analized to get score of validity, reliability, differentiation, and difficulty degree : whereas the instrument used is by quetionaire, mainly to get information whether there is the difference style of learning, research uses content validity by consulting to the expert of education (advisor), and then the scores are counted to get validity and reliability of the instrument used.

Before the experiment is done, all students, who are as the sample, are given pretest by using instrument that has been tried out. From the counting of the two instrument above, it get all student who are the sample of the research, students at SMA Nahdlatul Ulama 1 Gresik as well as students at SMA Muhammadiyah 1 Gresik, have similar beginning competency or homogenous.

After the experiment is finish, and then the counting hypothesis test is done for every variable that has been formulaized in the research, mainly based on students learning achievement got from the difference between post test and pretest scores. From the counting done, there found : (1) for the first hypothesis by 5 % degree mistake Ho is rejected, so that first hypothesis of the research is accepted. So the conclusion, there is the difference on learning achievement for visual art between students who are given experiment method treatment from students by using demonstration method treatment. (2) second hypothesis by 5 % degree of mistake Ho is rejected so the conclusion is there is the difference on visual art learning achievement between students who have auditorial, visual and kinesthetic style of learning. (3) the third hypothesis by 5 % degree of mistake, Ho is rejected so that the third hypothesis of the research is accepted. So the conclusion is, there is interaction between experiment and demonstration method with students style of learning to ward learning achievement for visual art to students class XI social at SMA Nahdlatul Ulama 1 Gresik and SMA Muhammadiyah1 Gresik.

RPP SENI RUPA SMA

CONTOH RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

SMA/MA. : SMA NAHDLATUL ULAMA 1 GRESIK…………..

Mata Pelajaran : Seni Rupa

Kelas/Semester : XI/2

Standar Kompetensi : 1. Disain Dasar ( Nirmana )

Kompetensi Dasar : 1.1. Menjelaskan gagasan dan teknik dalam Disain

Dasar ( Nirmana )

Alokasi Waktu : tiap materi masing-masing 1 x 45 menit

A. Tujuan Pembelajaran

siswa mampu untuk:

  • Mencari definisi dan kecenderungan gagasan dalam Disain Dasar
  • Mempelajari unsur-unsur Disain Dasar
  • Mempelajari prinsip-prinsip penyusunan dalam Disain Dasar

B. Materi Pembelajaran

· Gagasan dalam unsure dan prinsip penyusunan Disain Dasar

· Teknik membuat karya Disain Dasar

C. Metode Pembelajaran

Pendekatan life skill, pemberian tugas, diskusi, tanya jawab

D. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran

1. Guru membuka kegiatan belajar dengan menunjukkan sebuah hasil karya Disain Dasar.

2. Guru meminta siswa berdiskusi tentang kecenderungan gagasan yang kira-kira melatarbelakangi penciptaan karya Disain Dasar itu.

3. Siswa mencari informasi di internet tentang proses penciptaan/pembuatan karya Disain Dasar tersebut.

4. Siswa mengidentifikasi dan menyiapkan bahan-bahan yang diperlukan untuk membuat karya Disain Dasar semacam itu.

5. Siswa mempelajari teknik pembuatan karya Disain Dasar tersebut dengan meniru membuat karya tersebut.

6. Siswa mencatat serta membuat deskripsi bahan dan cara membuat karya Disain Dasar tersebut dalam beberapa kalimat ringkas.

7. Siswa dan guru menyimpulkan gagasan dan teknik membuat suatu karya Disain Dasar.

C. Sumber Belajar

· Kurikulum KTSP dan perangkatnya

· Pedoman Khusus Pengembangan Silabus KTSP SMA XI - ESIS

· Buku sumber Seni Rupa SMA & MA kelas XI – ESIS

· Peta konsep

· OHP

· Buku-buku penunjang yang relevan

· Internet

D. Contoh Penilaian

Format Penilaian

Aspek yang dinilai

Nilai Kualitatif

Nilai Kuantitatif

Keragaman data kemungkinan sebab karya Disain Dasar tersebut itu diciptakan

Kemampuan siswa mengidentifikasi dan menyiapkan bahan-bahan yang diperlukan untuk membuat karya Disain Dasari semacam itu

Kemampuan siswa membuat karya serupa dengan karya Disain Dasar tersebut

Kemampuan siswa merumuskan/membuat deskripsi cara membuat karya Disain Dasar dengan jelas

Laporan disusun secara teratur sesuai konvensi penulisan laporan

Laporan ditulis dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar

Jumlah Nilai

Kriteria Penilaian :

Kriteria Indikator

Nilai Kualitatif

Nilai Kuantitatif

80-100

Memuaskan

4

70-79

Baik

3

60-69

Cukup

2

45-59

Kurang cukup

1

Mengetahui, Gresik ,Juni 2011..............

Kepala Sekolah/Yayasan Guru Mata Pelajaran

Drs. HZ. Fuad Basyir, M.Ag Drs. Kriswanto Adji Wahono






RPP ART SMA

EXAMPLES OF LEARNING PLAN (RPP)

SMA / MA. : High School NU 1 GRESIK ... ... ... ... ..

Subject: Fine Arts

Class / Semester: XI / 2

Competency Standards: 1. Basic Design (Nirmana)

Basic Competencies: 1.1. Explaining ideas and techniques in design

Basic (Nirmana)

Time allocation: each material each 1 x 45 minutes

A. Learning Objectives

students are able to:

* Looking for the definition and the trend of ideas in the Design Basis
* Learn the basic design elements
* Learn the principles of the Design Basis

B. Learning Materials

· The idea of ​​the elements and principles of preparation of Basic Design

· The technique makes the work Design Basis

C. Learning Methods

Life skill approach, giving assignments, discussions, questions and answers

D. Steps Learning Activities

1. Teachers open learning activities by showing a basic design work.

2. The teacher asks the students to discuss the tendency of which is roughly the idea behind the creation of the Basic Design.

3. Students seeking information on the internet about the process of creating / making the work of Basic Design.

4. Students identify and prepare the materials needed to create such works of Basic Design.

5. Students learn the basic technique of making the design work by mimicking the making of the work.

6. Student records and create a description of materials and how to create a work of the Design Basis in a few concise sentences.

7. Students and teachers concludes the ideas and techniques to make a work of Basic Design.

C. Learning Resources

· Curriculum SBC and devices

· Guidelines for school curriculum Special Syllabus Development XI - ESIS

· Book resources & Arts MA high school class XI - ESIS

· Map of the concept

· OHP

· The books of the relevant supporting

· Internet

D. Examples of Assessment

Format Assessment

Aspects assessed


Qualitative value


Quantitative values

Diversity Data Base Design works probably because it was created






Student's ability to identify and prepare the materials needed to create such works of Design Base






The ability of students to create works similar to the work of the Design Basis






Student's ability to formulate / make a description how to make this work clearly Basic Design






Report compiled regularly according to the convention of writing the report






Reports are written by using the Indonesian language is good and true






Number of Ratings






Assessment Criteria:

Criteria Indicators


Qualitative value


Quantitative values

80-100


Satisfy


4

70-79


Good


3

60-69


Enough


2

45-59


Insufficient


A

Knowing, Gresik, June 2011 ..............

Principal / Teacher Foundation Subjects

Drs. HZ. Fuad Bashir, M. Ag Drs. Adji Kriswanto Wahono

STRATEGI KOGNITIF

Strategi Kognitif

Peran Strategi Kognitif Dalam Akselerasi Pembelajaran

Oleh : Sutikno Hamzah

Kelas akselerasi merupakan kelas percepatan pembelajaran yang disajikan kepada siswa-siswa yang memiliki kemampuan lebih atau istimewa dengan materi-materi atau kurikulum yang padat sehingga dalam waktu dua tahun siswa telah menyelesaikan pendidikannya.

Pendahuluan

Tujuan pengajaran yang dilaksanakan di dalam kelas menurut Marger adalah menitikberatkan pada perilaku siswa atau perbuatan (performance) sebagai suatu jenis out put yang terdapat pada siswa, dan teramati, serta menunjukkan bahwa siswa tersebut telah melaksanakan kegiatan belajar. Pengajaran mengemban tugas utama untuk mendidik dan membimbing siswa-siswa dalam belajar serta mengembangkan dirinya.

Pemilihan taksonomi B.S Bloom tentang tingkat ranah kognitif terbagi dalam tiga kelompok, kelompok rendah, menengah, dan tinggi.

Kemampuan tertinggi menurut Gagne adalah strategi kognisi, atau analisis, sistesis dan evaluasi juga kemampuan kognisi tertinggi menurut Bloom.

Mengajar ,enurut kaum konstruktivisme bukan kegiatan memindahkan pengetahuan dari guru kepada siswa, melainkan suatu kegiatan yang memungkinkan siswa membangun sendiri pengetahuannya. Mengajar berarti partisipasi dengan siswa dalam bentuk pengetahuan, membuat makna, mencari kejelasan, bersikap kritis, dan mengadakan justifikasi. Dengan demikian mengajar adalah suatu bentu belajar sendiri.

Guru dilihat dari sebuah profesi memiliki peranan yang sangat besar dalam pendidikan, ia harus mampu memberikan kepuasan, dan pelayanan dalam proses belajar mengajar dalam kelas. Guru harus menyadari konsekuensi yang disandangnya, guru dihadapkan pada tantangan, dimana guru diminta harus ramah, sabar, penuh percaya diri, bertanggung jawab, dan menciptakan rasa aman, dilain pihak guru harus mampu

memberi tugas, dorongan kepada siswa dalam mencapai tujuan, mengadakan koreksi, pemaksaan, arahan belajar serta teguran agar memperoleh hasil yang optimal.

Berfikir yang baik lebih penting dari pada mempunyai jawaban yang benar atas suatu persoalan yang sedang dipelajari. Seseorang yang mempunyai cara berfikir yang baik, dalam arti bahwa cara berfikirnya dapat digunakan untuk menghadapi suatu fenomena baru, akan dapat menemukan pemecahan dalam menghadapi persoalan yang baik. Mengajar dalam kontek ini adalah membantu seseorang berfikir secara benar dengan membiarkan berfikir sendiri.

Definisi Strategi Kognitif

Strategi kognitif (Gagne, 1974) adalah kemampuan internal seseorang untuk berfikir, memecahkan masalah, dan mengambil keputusan. Bell gredler (1986), menyebutkan strategi kognisi sebagai suatu proses berfikir induktif, yaitu membuat generalisasi dari fakta, konsep, dan prinsip dari apa yang diketahui seseorang.

Strategi kognitif merupakan kapabilitas yang mengatur cara bagaimana siswa mengelola belajarnya, ketika mengingat-ingat dan berfikir, ia juga merupakan proses pengendali atau pengatur pelaksana tindakan. Gegne dan Briggs (1974) menyatakan suatu contoh strategi kognisi ialah proses inferensi atau induksi. Pengalaman dengan obyek-obyek atau kejadian-kejadian, dan seseorang berusaha memperoleh penjelasan mengenai suatu gejala tertentu yang menghasilkan induksi. Obyek strategi kognitif ialah proses berfikir siswa sendiri.

Latar Belakang Strategi Kognitif

Strategi kognitif lahir berdasarkan paradigma konstruktivisme, teori meta cognition. Konstruktivisme dikembangkan luas oleh Jean Piaget, ia dikenal seorang psikolog, pada akhirnya lebih tertarik pada filsafat konstruktivisme dalam proses belajar. Titik sentral teori Jean Piaget adalah perkembangan fikiran secara alami dari lahir sampai dewasa, menurut Piaget untuk memahami teori ini kita harus paham tentang asumsi-asumsi biologi maupun implikasi asumsi-asumsi tersebut dalam mengartikan pengetahuan.

Paradigma konstruktivisme oleh Jeans Piaget melandasi timbulnya strategi kognitif , disebut teori meta cognition. Meta cognition merupakan ketrampilan yang dimiliki oleh siswa-siswa dalam mengatur dan mengontrol proses berfikirnya, Preisseisen (1985). Menurut Preisseien meta cognition meliputi empat jenis ketrampilan, yaitu:

  • Ketrampilan Pemecahan masalah (Problem Solving) yaitu: Ketrampilan individu dalam menggunakan proses berfikirnya untuk memecahkan masalah melalui pengumpulan fakta-fakta, analisis informasi, menyusun berbagai alternative pemecahan, dan memilih pemecahan masalah yang paling efektif.
  • Ketrampilan Pengambilan Keputusan (Decision making), yaitu: Ketrampilan individu dalam menggunakan proes berfikirnya untuk memilih suatu keputusan yang terbaik dari beberapa pilihan yang ada melalui pengumpulan informasi, perbandingan kebaikan dan kekurangan dari setiap alternative, analisis informasi, dan pengambilan keputusan yang terbaik berdasarkan alas an-alasan yang rasional.
  • Ketrampilan Berfikir Kritis (Critical thinking) yaitu: Ketrampilan individu dalam menggunakan proses berfikirnya yaitu menganalisa argument dan memberikan interprestasi berdasarkan persepsi yang benar dan rasional, analisis asumsi dan bias dari argument, dan interprestasi logis.
  • Ketrampilan berfikir Kreatif (creative thinking) yaitu:Ketrampilan individu dalam menggunakan proses berfikirnya untuk menghasilkan gagasan yang baru, konstruktif berdasarkan konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang rasional maupun persepsi, dan intuisi individu.

Ketrampilan-ketrampilan diatas ini saling terkait antara satu dengan yang lainnya, dan sukar untuk membedakannya, karena ketrampilan-ketrampilan tersebut terintegrasi.

Paradigma konstruktivisme dan teori meta cognition melahirkan prinsip Reflection in Action . Schon (1982), yaitu prinsip refleksi dari pengalaman praktisi professional dalam pemecahan masalah yang pernah dihadapi untuk memecahkan masalah baru, praktisi-praktisi ini dikenal dengan nama lain Reflective Practioners. Proses reflections in actions merupakan gambaran tentang proses belajar. Bragar dan Johnson (1993) menyebutkan bahwa seseorang belajar melalui aktivitas atau pekerjaan sendiri dan kemudian mengkaji ulang dari pekerjan yang telah dilakukan.Proses pembelajaran strategi kognitif merupakan proses reflection in action.

Berdasarkan teori ini menunjukkan bahwa proses belajar diawali dari pengalaman nyata yang diamati oleh seseorang. Pengalaman tersebut direfleksi secara individual.

Peran Strategi Kognitif Dalam Akselerasi Pembelajaran

Kelas akselerasi merupakan kelas percepatan pembelajaran yang disajikan kepada siswa-siswa yang memiliki kemampuan lebih atau istimewa dengan materi-materi atau kurikulum yang padat sehingga dalam waktu dua tahun siswa telah menyelesaikan pendidikannya.

Dave Meier (2002:25-26) menulis beberapa prinsip pokok akselerasi pembelajaran, yaitu:

  1. Adanya keterlibatan total pembelajar dalam meningkatkan pembelajaran.
  2. Belajar bukanlah mengumpulkan informasi secara pasip, melainkan menciptakan pengetahuan secara aktif.
  3. Kerjasama diantara pembelajar sangat membantu meningkatkan hasil belajar.
  4. Belajar berpusat aktivitas sering lebih berhasil daripada belajar berpusat presentasi.
  5. Belajar berpusat aktivitas dapat dirancang dalam waktu yang jauh lebih singkat daripada waktu yang diperlukan untuk merancang pengajaran dengan presentasi.

Perbedaan Belajar Tradisional dan Belajar Akselerasi

( Dave Meier)

Belajar Tradisional cenderung

Belajar akselerasi cenderung

Kaku

Luwes

Muram dan serius

Gembira

Satu jalan

Banyak jalan

Mementingkan sarana

Mementingkan tujuan

Bersaing

Bekerjasama

Behavioristis

Manusiawi

Verbal

Multi indrawi

Mengontrol

Mengasuh

Mementingkan materi

Mementingkan aktivitas

Mental (kognitif)

Mental/emosional/fisik

Berdasar waktu

Berdasar hasil

Menurut Socrates dan John Dewey, belajar merupakan suatu kegiatan yang dilakukan secara mental dan fisik yang diikuti dengan kesempatan merefleksikan hal-hal yang dilakukan dari hasil perilaku tersebut. Menurut prinsip konstruktivisme, seorang pengajar atau guru, dan dosen berperan sebagai mediator dan fasilitator yang membantu proses belajar siswa dan mahasiswa agar berjalan dengan baik.

Fungsi mediator dan fasilitator dapat dijabarkan dalam beberapa tugas sbb:

1. Menyediakan pengalaman belajar yang memungkinkan siswa bertanggungjawab dalam membuat rancangan, proses, dan penelitian.

2. Menyediakan atau memberikan kegiatan-kegiatan yang merangsang keingintahuan siswa.

3. Memonitor, mengevaluasi, dan menunjukkan apakah pemikiran si siswa jalan atau tidak.

Peran dan tugas pengajar konstruktivisme:

  1. Guru banyak berinteraksi dengan siswa
  2. Tujuan dan apa yang akan dibuat di kelas sebaiknya dibicarakan bersama
  3. Guru perlu mengerti pengalaman belajar mana yang lebih sesuai dengan kebutuhan siswa
  4. Diperlukan keterlibatan dengan siswa
  5. Guru perlu memiliki pemikiran yang fleksibel

Hal-hal yang penting dikerjakan oleh seorang guru konstruktivis sebagai berikut:

  1. Guru perlu mendengar secara sungguh-sungguh interpretasi siswa terhadap data
  2. Guru perlu memperhatikan perbedaan pendapat dalam kelas
  3. Guru perlu tahu bahwa “tidak mengerti” adalah langkah yang penting untuk memulai menekuni.

Komponen-komponen dalam perkembangan Strategi kognitif yang mempengaruhi Prestasi Belajar

Perkembangan fungsi kognitif terdiri dari empat factor, masing-masing adalah: lingkungan fisik, kematangan, pengaruh social, dan proses pengaturan diri, yang disebut ekuilibrasi. Proses perkembangan kognitif menurut Piaget (1977) dipengaruhi oleh tiga proses dasar: asimilasi, akomodasi, dan ekuilibrasi.

Asimilasi adalah proses kognitif yang dengannya seseorang mengintegrasikan persepsi, konsep, ataupun pengalaman baru ke dalam skema atau pola yang sudah ada di dalam fikirannya.

Akomodasi yaitu:

  1. Membentuk skema baru yang dapat cocok dengan rangsangan itu.
  2. Memodifikasi skema yang ada sehingga cocok dengan rangsangan itu.

Equilibrium, yaitu : pengetahuan diri secara mekanis untuk mengatur keseimbangan proses asimilasi dan akomodasi.

Disequilibrium adalah keadaan tidak seimbang antara asimilasi dan akomodasi. Equilibration adalah proses dari disequilibrium ke equi


Cognitive Strategies

The Role of Cognitive Strategies in Accelerated Learning

By: Hamza Sutikno

Acceleration acceleration class is a class of learning that are presented to students who have more ability or special materials or with a solid curriculum that within two years students have completed their education.

Preliminary

Teaching purposes conducted in the classroom according to the mergers is focused on the student's behavior or actions (performance) as an output type contained in students, and observed, and indicates that the student has been carrying out learning activities. Teaching primary task to educate and guide students in learning and developing themselves.

BS Bloom's taxonomy election on the cognitive level is divided into three groups, groups of low, medium, and high.

Gagne is the highest capability according to the strategy of cognition, or analysis, synthesis and evaluation are also the highest cognitive abilities according to Bloom.

Teaching, ccording to the activity of constructivism rather than transferring knowledge from teacher to student, but rather an activity that allows students to build their own knowledge. Teaching means participation by students in the form of knowledge, make sense, seek clarity, to be critical, and held a justification. Thus, teaching is a learning bentu own.

Teachers viewed from a profession has a very large role in education, he should be able to give satisfaction, and service in teaching and learning in the classroom. Teachers should be aware of the consequences it bears, teachers are faced with challenges, which prompted the teacher should be friendly, patient, confident, responsible, and creates a sense of security, on the other hand teachers must be able

given task, encouragement to students in achieving the objectives, conduct corrections, coercion, direction and learn reprimand in order to obtain optimal results.

Good thinking is more important than having the right answer to a problem that is being studied. Someone who has a good way of thinking, in the sense that the way berfikirnya can be used to confront a new phenomenon, will be able to find a solution in dealing with both issues. Teaching in this context is to help a person to think correctly by letting his own thinking.

Definition of Cognitive Strategies

Cognitive strategies (Gagne, 1974) is a person's internal ability to think, solve problems and make decisions. Gredler Bell (1986), mentions the strategy of cognition as a process of inductive thinking, which makes generalization of facts, concepts, and principles of what is known to someone.

Cognitive strategies are capabilities that govern the way how students manage their learning, while remembering and thinking, he is also a process of controlling or regulating the implementing measures. Gegne and Briggs (1974) stated an example of cognitive strategy is the process of inference or induction. Experience with objects or events, and someone tried to obtain an explanation of certain symptoms that resulted in the induction. Object of cognitive strategies is students' own thinking process.

Background Cognitive Strategies

The strategy is based upon cognitive paradigm of constructivism, the theory of meta-cognition. Constructivism was developed extensively by Jean Piaget, a psychologist he is known, is ultimately more interested in the philosophy of constructivism in the learning process. The central point is the development of the theory of Jean Piaget's mind naturally from birth to adulthood, according to Piaget's theory to understand this we must understand about the biological assumptions and implications of these assumptions in interpreting knowledge.

Piaget's constructivism paradigm by Jeans underlies the onset of cognitive strategies, called the theory of meta-cognition. Meta cognition is a skill possessed by the students in organizing and controlling the process berfikirnya, Preisseisen (1985). According to meta-cognition Preisseien includes four types of skills, namely:

* Problem solving skills (Problem Solving), namely: individual skills in using berfikirnya process to solve the problem through the collection of facts, information analysis, develop various alternative solutions, and selecting the most effective problem solving.
* Decision Making Skills (Decision making), namely: individual skills in using proes berfikirnya to choose a decision that's best of several options available through the collection of information, comparison of goodness and disadvantages of each alternative, information analysis, and decision-making is best based on pedestal an-rational reasons.
* Critical Thinking Skills (Critical Thinking), namely: individual skills in using the process of analyzing arguments berfikirnya and make interpretations based on the perception of right and rational, analytical assumptions and biases of the arguments, and logical interpretation.
* Creative thinking skills (creative thinking), namely: individual skills in using berfikirnya process to generate new ideas, constructive based on the concepts and principles that rational and perception, and intuition of individuals.

Above skills are intertwined with each other, and difficult to distinguish, because the skills are integrated.

Paradigms of constructivism and the theory of meta-cognition gave birth to the principle of Reflection in Action. Schon (1982), namely the principle of reflection of the experience of professional practitioners in problem solving has ever faced to solve new problems, practitioners are known by other names Reflective Practioners. Reflections in the process of actions is a picture of the learning process. Bragar and Johnson (1993) states that a person learns through activity or the work itself and then reviewing of job retention strategies that have been dilakukan.Proses cognitive learning is a process of reflection in action.

Based on this theory suggests that learning begins from the real experiences observed by someone. The experience is reflected on an individual basis.

The Role of Cognitive Strategies in Accelerated Learning

Acceleration acceleration class is a class of learning that are presented to students who have more ability or special materials or with a solid curriculum that within two years students have completed their education.

Dave Meier (2002:25-26) writes some of the basic principles of accelerated learning, namely:

1. Total involvement of learners in improving learning.
2. Learning is not a passive information gathering, but to create knowledge actively.
3. Cooperation among the learner greatly help improve learning outcomes.
4. Centered learning activities are often more successful than learning-centered presentation.
5. Centered learning activities can be designed in a much shorter time than the time required to design instruction with presentation.

Traditional Learning Differences and Learning Acceleration

(Dave Meier)

Traditional learning tends


Learning acceleration tends

Rigid


Supple

Somber and serious


Excited

One way


Many roads

Concerned with the means


Concerned with the purpose

Compete


Cooperate

Behavioristis


Human

Verbal


Multi sensory

Control


Nurture

Emphasis of matter


Concerned with the activity

Mental (cognitive)


Mental / emotional / physical

Based on time


Based on the results

According to Socrates and John Dewey, learning is an activity carried out mentally and physically, followed by the opportunity to reflect things that are done from the results of such behavior. According to the principles of constructivism, a teacher or teachers, and lecturers act as mediator and facilitator who helps the learning process for students in order to run properly.

The function of mediators and facilitators can be translated into several tasks as follows:

1. Provide learning experiences that enable students to be responsible in making the design, process, and research.

2. Provide or provide activities that stimulate students' curiosity.

3. Monitor, evaluate, and demonstrate whether the students' way of thinking or not.

Constructivism teaching roles and tasks:

1. Many teachers interact with students
2. Objectives and what will be best discussed in class together
3. Teachers need to understand the learning experience which is more in line with the needs of students
4. Necessary involvement with students
5. Teachers need to have a flexible mind

Important things done by a constructivist teacher as follows:

1. Teachers need to listen seriously to the students' interpretation of the data
2. Teachers need to pay attention to differences of opinion in class
3. Teachers need to know that "not understand" is an important step to begin to pursue.

The components in the development of cognitive strategies that affect the Learning Achievement

The development of cognitive function consists of four factors, each of which are: the physical environment, maturity, social influence, and self-regulation process, called equilibration. The process of cognitive development according to Piaget (1977) is influenced by three basic processes: assimilation, accommodation, and equilibration.

Assimilation is the cognitive process by which one integrates perceptions, concepts, or new experiences into the scheme or pattern that already exist in the fikirannya.

Accommodation is:

1. Form a new scheme that can be matched with the stimulus.
2. Modify the existing scheme so that it matches the stimulus.

Equilibrium, namely: self-knowledge mechanically to regulate the balance of the process of assimilation and accommodation.
Disequilibrium is a state of balance between assimilation and accommodation. Equilibration is the process of disequilibrium to equi