Kamis, 25 Maret 2010

MAKALAH SUPERVISI PENDIDIKAN

sebuah makalah

TUGAS DAN FUNGSI SUPERVISI PENDIDIKAN

mata kuliah Kepemimpinan dan Supervisi Pendidikan

dosen: Dr. H. Moch. Nasir, M. Pd

oleh : Sutikno Hamzah

NIM : 09002020207

Kelas : E

Program Pasca Sarjana

UNIVERSITAS PGRI ADI BUANA SURABAYA

2010













TUGAS DAN FUNGSI SUPERVISI PENDIDIKAN
I. PENDAHULUAN
• Secara kodrati, manusia diciptakan dengan individu, kemudian berkembang menjadi kelompok-kelompok. Dalam perjalanan hidupnya, manusia memiliki suatu tujuan yang diinginkan. Dari sinilah timbul suatu kebutuhan baik secara individu maupun kelompok, selanjutnya mereka saling membutuhkan satu sama lain.

• Manusia hidup di dunia ini tidaklah akan berhasil mencapai tujuan tanpa bantuan orang lain. Mereka membutuhkan kerjasama antara individu yang terorganisir (dalam suatu organisasi) dengan sistem pengelolaan menuju ke arah yang diharapkan.

1
• Suatu organisasi pasti memiliki arah tujuan, baik jangka pendek, menengah, maupun jangka panjang. Kemudian untuk mencapai tujuan tersebut, diperlukan seorang pemimpin.
• Kepemimpinan terdapat dalam segala aspek kehidupan manusia baik dalam rumah tangga, lembaga-lembaga swasta maupun pemerintah serta berbagai kegiatan yang ada di dunia ini salah satunya adalah lembaga yang mengelola pembangunan di bidang penididikan

Dalam konsep dasar manajemen pendidikan, paling tidak ada lima sub sistem yaitu manusia, pemimpin, organisasi, manajemen dan administrasi yang bekerja secara sistematik untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Hubungan tersebut dapat digambarkan sebagai berikut
• Terry (1982), …Leadership is the relationship in which one person, or the leader, influences other to work together willingly on related tasks to attain that the leader desires.

2
• Dari berbagai pendapat tentang kepemimpinan mengandung arti yang berbeda bagi orang yang berbeda pula. Meskipun demikian, perbedaan tersebut dapat disimpulkan dan diambil benang merah bahwa kepemimpinan adalah “suatu proses pemimpin dengan berbagai cara untuk mempengaruhi orang lain atau kelompok orang untuk mencapai suatu tujuan”.
• Para ahli berpendapat bahwa penggunaan pengaruh dalam kepemimpinan khususnya di dunia pendidikan, dilakukan bukan dengan paksaan, akan tetapi sangat ditentukan oleh kompetensi seorang pemimpin (kompetensi profesional, personal dan sosial).
• Gaya kepemimpinan adalah kecenderungan perilaku pemimpin yang ditujukan pada saat ia mempengaruhi bawahan.





3



Tipe-tipe kepemimpinan manakah yang paling efektif di sekolah?
Tipe dasar :
Otoriter, demokratis, dan laissez faire

Instruktif
Konsultatif
Partisipatif
Delegatif


Kepala Sekolah----Situasi sekolah


Tipe Kepemimpinan yang efektif


4
Penerapan Kepemimpinan Pendidikan
• Awalnya teori ini dikembangkan oleh Pusat Studi Kepemimpinan di Universitas Ohio dari konsep model keefektifan pemimpin ditinjau dari tiga dimensi (Tri Dimentional Leader Effectiveness Models), yakni dimensi perilaku pemimpin dalam melaksanakan tugas, dimensi perilaku pemimpin dalam mengadakan hubungan interpersonal dengan bawahan dan dimensi tingkat kecerdasan bawahan dalam melaksanakan tugas pekerjaannya.
• Dua dimensi pertama (dimensi perilaku pemimpin dalam melaksanakan tugas dan dimensi perilaku pemimpin dalam melaksanakan hubungan interpersonal) menentukan tipe gaya kepemimpinan.
• Sedangkan kesesuaian tipe gaya kepemimpinan terhadap dimensi tingkat kedewasaan bawahan menentukan keefektifan gaya kepemimpinan.
• Dimensi tingkat kedewasaan bawahan diasumsikan sebagai faktor yang paling dominan dalam menentukan pola atau gaya kepemimpinan yang efektif.
5
• Terdapat dua faktor yang berkaitan dengan tingkat kedewasaan bawahan dalam melaksanakan tugas pekerjaannya.
Pertama, faktor kedewasaan dalam melaksanakan pekerjaannya, yakni kemampuan dan pengetahuan teknis dalam melaksanakan pekerjaan.
Kedua, faktor kedewasaan psikologis yang berkaitan dengan emosi, motivasi, harga diri, dan percaya diri terhadap tugas pekerjaan yang berkulminasi dalam bentuk kemauan dalam melaksanakan pekerjaan.

• Berdasarkan faktor kemampuan melaksanakan tugas pekerjaan dan faktor kemauan melaksanakan tugas pekerjaan, maka tingkat kedewasaan bawahan diklasifikasikan menjadi empat tingkat kedewasaan sebagai berikut :
Tingkat kedewasaan 1 :
Berkemampuan rendah dan berkemauan rendah
Tingkat kedewasaan 2 :
Berkemampuan tinggi dan berkemauan rendah
Tingkat kedewasaan 3 :
Berkemampuan rendah dan berkemauan tinggi

6
Tingkat kedewasaan 4 :
Berkemampuan tinggi dan berkemauan tinggi

• Teori kepemimpinan situasional mengemukakan bahwa berdasarkan tingkat kedewasaan bawahan dalam melaksanakan pekerjaan seorang pemimpin diharapkan dapat menerapkan gaya kepemimpinan secara tepat. Artinya, makin relevan penerapan gaya kepemimpinan terhadap tingkat kedewasaan bawahan, makin efektif kepemimpinannya.

Gaya Kepemimpinan yang Efektif

Gaya kepemimpinan yang terdiri dari instruktif, konsultatif, partisipatif, delegatif yang paling efektif menurut hasil penelitian Fiedler mengungkapkan bahwa tidak ada gaya kepemimpinan yang efektif yang dapat diterapkan dalam segala situasi dan kondisi. Kemudian, ia mengatakan bahwa keefektifan suatu gaya kepemimpinan ditentukan oleh ketepatan atau relevansi penerapannya pada tingkat kedewasaan kemampuan bawahan

7
dalam melaksanakan fungsi dan tugasnya (situasi dan kondisi). Jadi faktor tingkat kedewasaan menentukan keefektifan suatu gaya kepemimpinan
• Hersey dan Blanchard (1982) menyusun suatu model keefektifan gaya kepemimpinan berdasarkan teori kepemimpinan situasional. Model tersebut menggambarkan keefektifan setiap gaya kepemimpinan bila diterapkan pada situasi (tingkat kedewasaan kemampuan bawahan) yang tepat. Model keefektifan gaya kepemimpinan digambarkan sebagai berikut :

P4 P3 P2 P1
+ Kemampuan - + -
+ Kemauan + - -
Delegatif Gaya Kepemimpinan Partisipatif Konsultatif Instruktif





8
• Gaya Instruksi Efektif
Bila diterapkan pada bawahan yang tingkat kedewasaan rendah (P1). Bawahan relatif tak mampu melaksanakan pekerjaan dan tidak memiliki kemauan yang kuat untuk menyelesaikan pekerjaannya. Bawahan ini perlu mendapatkan pengarahan, bimbingan dan petunjuk dari atasan serta pengawasan yang ketat.
• Gaya Konsultasi Efektif
Bila diterapkan pada bawahan yang tingkat kemampuan tinggi dan kemauan rendah (P2). Bawahan ini rendah semangat kerjanya, tapi pengetahuan dan ketrampilan kerja relatif tinggi. Oleh karena itu pemimpin harus dapat bertukar pendapat dengan menghargai pengetahuan dan ketrampilan, memperhatikan saran dan pendapat, memberikan motivasi serta dorongan agar tumbuh semangat kerja dan agar mau memanfaatkan pengetahuan dan ketrampilan yang dimiliki.
• Gaya Partisipasi Efektif
Bila diterapkan pada bawahan yang tingkat kemauannya rendah tapi kemampuan tinggi (P3). Bawahan ini memiliki semangat kerja tinggi tetapi pengetahuan dan ketrampilannya rendah. Oleh karena itu, pemimpin harus
9
dapat membantu dan membina bawahan agar kemampuan kerjanya meningkat, ikut bekerja bersama bawahan dalam rangka meningkatkan ketrampilan kerja, menumbuhkembangkan hubungan kerja yang bersifat kolegial sehingga mudah memberikan supervisi kepada bawahan
• Gaya Delegasi Efektif
Bila diterapkan pada bawahan yang kemampuan dan kemauan kerjanya tinggi (P4). Bawahan yang memiliki potensi kerja yang tinggi dan dapat mandiri dalam melaksanakan fungsi dan tugas serta tanggung jawab atas hasil kerjanya, perlu mendapatkan kesempatan yang luas agar dapat berkreasi dan mengaktualisasikan diri.
Peran Kepala Sekolah
• Kepala Sekolah sebagai Administrator
Sebagai administrator, ia mempunyai tugas dan bertanggungjawab terhadap pelaksanaan pendidikan sekolah, termasuk di dalamnya adalah penanggungjawab pelaksanaan asministrasi sekolah.
• Kepala Sekolah sebagai Supervisor
Kepala sekolah diharapkan benar-benar dapat mampu memainkan perannya sebagai supervisor di sekolah yang dipimpinnya, dengan cara
10
membantu guru dalam bidang pengajaran, sehingga diharapkan guru akan mampu berkembang dan mengembangkan potensi yang dimilikinya.
• Kepala Sekolah sebagai Manajer
Kepala sekolah harus mampu memimpin proses pengelolaan (management) administrasi pendidikan yang mencakupi kegiatan merencanakan (planning), kegiatan mengorganisasikan (organizing), kegiatan mengarahkan (directing), kegiatan mengkoordinasikan (coordinating), kegiatan mengawasi (controlling), dan kegiatan evaluasi.
• Kepala Sekolah sebagai Educator
Disamping sebagai manajer, ia harus mampu memerankan dirinya sebagai pendidik, pengajar kepada seluruh guru, staf administrasi, serta sebagai peserta didik.

Pendidikan pada hakekatnya adalah sebuah transformasi yang mengubah input menjadi output. Untuk menjadi output, dalam transformasi tersebut diperlukan suatu proses yang berlangsung secara benar, terjaga serta sesuai dengan apa yang telah ditetapkan. Pada pendidikan, untuk menjamin


11
terjadinya proses yang benar tersebut, diperlukan pengawasan (supervisi). Supervisi ini dilakukan dalam rangka menjamin kualitas (quality assurance) agar sesuai dengan tujuan pendidikan. Pada makalah ini akan dibahas tentang tugas dan fungsi supervisi pendidikan.















12
II. PEMBAHASAN

A. Tugas Supervisi Pendidikan.
Seorang supervisior dapat dilihat dari tugas yang dikerjakannya. Seorang pemimpin pendidikan yang berfungsi sebagai supervisor tampak jelas perannya. Sesuai dengan pengertian hakiki supervisi, maka supervisi berperan atau bertugas memberi support (supporting), membantu (assisting) dan mengikutsertakan (sharing).
Selain itu, seorang supervisior bertugas sebagai:
- Koordinator.
- Konsultan.
- Pemimpin Kelompok.
- Evaluator .
Tugas lain bagi seorang supervisi atau pengawas akademik, yakni mencakup hal-hal berikut:
1. Mengupayakan agar guru lebih bersungguh-sungguh dan bekerja lebih keras serta bersemangat dalam mengajar.
13
2. Mengupayakan agar sistem pengajaran ditata sedemikian rupa sehingga berlaku prinsip belajar tuntas, yaitu guru harus berupaya agar murid benar-benar menguasai apa yang telah diajarkan dan tidak begitu saja melanjutkan pengajaran ke tingkat yang lebih tinggi jika murid Belum tuntas penguasaannya.
3. Memberikan tekanan (pressure) terhadap guru untuk mencapai tujuan pengajarannya, dengan disertai bantuan (support) yang memadai bagi keberhasilan tugasnya.
4. Membuat kesepakatan dengan guru maupun dengan sekolah mengenai jenis dan tingkatan dari target output yang harus mereka capai sehubungan dengan keberhasilan pengajaran.
5. Secara berkala melakukan pemantauan dan penilaian (assessment) terhdap keberhasilan (efektifitas) mengajar guru, khususnya dalam kaitannya dengan kesepakatan yang dibuat pada butir (4) di atas.
6. Membuat persiapan dan perencanaan kerja dalam rangka pelaksanaan butir-butir di atas, menyusun dokumentasi dan laporan bagi setiap kegiatan,

14
serta mengembangkan sistem pengelolaan data hasil pengawasan.
7. Melakukan koordinasi serta membuat kesepakatan-kesepakatan yang diperlukan dengan kepala sekolah, khususnya dalam hal yang berkenaan dengan pemantauan dan pengendalian efektifitas pengajaran serta hal yang berkenaan dengan akreditas sekolah yang bersangkutan.

B. Fungsi Supervisi.
Secara umum fungsi supervisi adalah perbaikan pengajaran. Berikut ini berbagai pendapat para tentang fungsi supervisi, di antaranya adalah:
• Ayer, Fred E, menganggap fungsi supervisi untuk memelihara program pengajaran yang ada sebaik-baiknya sehingga ada perbaikan.
• Franseth Jane, menyatakan bahwa fungsi supervisi memberi bantuan terhadap program pendidikan melalui bermacam-macam cara sehingga kualitas kehidupan akan diperbaiki.
• W.H. Burton dan Leo J. Bruckner menjelaskan bahwa fungsi utama dari supervisi modern ialah menilai dan memperbaiki faktor-faktor yang

15
mempengaruhi hal belajar.
• Kimball Wiles, mengatakan bahwa fungsi supervisi ialah memperbaiki situasi belajar anak-anak.
Usaha perbaikan merupakan proses yang kontinyu sesuai dengan perubahan masyarakat. Masyarakat selalu mengalami perubahan. Perubahan masyarakat membawa pula konsekuensi dalam bidang pendidikan dan pengajaran. Suatu penemuan baru mengakibatkan timbulnya dimensi-dimensi dan persepektif baru dalam bidang ilmu penegetahuan.
Makin jauh pembahasan tentang supervisi makin nampak bahwa kunci supervisi bukan hanya membicarakan perbaikan itu sendiri, melainkan supervisi yang diberikan kepada guru-guru, menurut T.H. Briggs juga merupakan alat untuk mengkoordinasi, menstimulasi dan mengarahkan pertumbuhan guru-guru.
Dalam suatu analisa fungsi supervisi yang diberikan oleh swearingen, terdapat 8 fungsi supervisi, yakni:
1. Mengkoordinasi Semua Usaha Sekolah.
Koordinasi yang baik diperlukan terhadap semua usaha sekolah untuk
16
mengikuti perkembangan sekolah yang makin bertambah luas dan usaha-usaha sekolah yang makin menyebar, diantaranya:
- Usaha tiap guru.
- Usaha-usaha sekolah.
- Usaha-usaha pertumbuhan jabatan.
2. Memperlengkapi Kepemimpinan Sekolah.
Yakni, melatih dan memperlengkapi guru-guru agar mereka memiliki ketrampilan dan kepemimpinan dalam kepemimpinan sekolah.
3. Memperluas Pengalaman.
Yakni, memberi pengalaman-pengalaman baru kepada anggota-anggota staff sekolah, sehingga selalu anggota staff makin hari makin bertambah pengalaman dalam hal mengajarnya.
4. Menstimulasi Usaha-Usaha yang Kreatif.
Yakni, kemampuan untuk menstimulir segala daya kreasi baik bagi anak-anak, orang yang dipimpinnya dan bagi dirinya sendiri.
5. Memberikan Fasilitas dan Penilaian yang Kontinyu.
Penilaian terhadap setiap usaha dan program sekolah misalnya, memiliki
17
bahan-bahan pengajaran, buku-buku pengajaran, perpustakaan, cara mengajar, kemajuan murid-muridnya harus bersifat menyeluruh dan kontinyu.
6. Menganalisa Situasi Belajar
Situasi belajar merupakan situasi dimana semua faktor yang memberi kemungkinan bagi guru dalam memberi pengalaman belajar kepada murid untuk mencapai tujuan pendidikan.
7. Memberi Pengetahuan dan Ketrampilan pada Setiap Anggota Staf.
Supervisi berfungsi memberi stimulus dan membantu guru agar mereka memperkembangkan pengetahuan dan ketrampilan dalam belajar.
8. Mengintegrasikan Tujuan dan Pembentukan Kemampuan.
Fungsi supervisi di sini adalah membantu setiap individu, maupun kelompok agar sadar akan nilai-nilai yang akan dicapai itu, memungkinkan penyadaran akan kemampuan diri sendiri.
Fungsi supervior (pengawas) oleh karenanya menjadi penting, sebagaimana tertuang dalam Kepmen PAN Nomor 118/1996 yang menyebutkan bahwa pengawas diberikan tanggung jawab dan wewenag penuh untuk
18
melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan pendidikan, penilaian dan pembinaan teknis serta administratif pada satuan pendidikan.

Pengertian Supervisi Pengajaran
1. Nealey and Evans in their book of “ Hand book for supervision of instruction” …….. the term “ supervision “is used to describe those activities which are primarily and directly concerned with studying and improving the conditions which surround the learning and growth of the pupil and teacher.
2. Boadman dkk (1961:6) menguraikan supervisi pengajaran dapat dirumuskan sebagai usaha untuk mendorong mengkoordinasikan dan menuntun pertumbuhan guru-guru secara berkesinambungan disuatu sekolah, baik secara individu, maupun secara kelompok, didalam pengertian yang lebih baik dan tindakan yang lebih efektif dalam fungsi pengajaran sehingga mereka dapat lebih mampu untuk mendorong dan menuntun pertumbuhan setiap siswa secara berkesinambungan menuju partisipasi yang cerdas dalam kehidupan masyarakat demokratis modern
19
3. Neagley dan Evans (1980:20) mengemukakan bahwa setiap layanan kepada guru-guru yang menghasilkan perbaikan intruksional belajar dan kurikulum disebut supervise.

4. Mark dkk. (1974:4) menguraikan nilai supervisi ini terletak pada perkembangan dan perbaikan situasi belajar mengajar yang direfleksikan pada perkembangan para siswa.
5. Dari beberapa definisi supervisi pengajaran diatas secara implisit sebenarnya dapat diketahui bahwa atasan mempunyai wewenang memberi pengarahan atau bimbingan kepada guru-guru tidak terbatas pada kegiatan administrator saja, semua atasan atau administrator yang senior lainnya dapat memberi bantuan pada proses pelaksanaan belajar mengajar yang dititik beratkan pada situasi belajarnya.

6. Secara singkat dapat disimpulkan bahwa supervisi adalah suatu aktivitas pembinaan yang direncanakan utuk membantu para


20
7. guru dan tenaga kependidikan lainnya dalam melaksanakan pekerjaan mereka secara efektif.














21

Komponen Supervisi Pendidikan

 Komponen system pendidikan yang utama adalah tenaga pendidikan (guru).
 Guru merupakan salah satu unsur penting dalam upaya perencanaan peningkatan mutu pendidikan.
 Berdasarkan pasal 10 UU No. 14 Tahun 2005 bahwa;
1. Saat ini, mutu pendidikan di Indonesia masih relatif
rendah.
2. Salah faktor penyebabnya adalah rendahnya mutu
guru, pada satu sisi dan di sisi lain guru dipandang
sebagai faktor kunci dalam peningkatan mutu
pendidikan, karena ia berinteraksi langsung dengan
siswanya dalam proses PBM di kelas.
 Berdasarkan fakta tersebut, guru masih memerlukan pembinaan agar memiliki kemampuan profesional, melalui kegiatan supervisi yang dilakukan oleh pengawas, pemilik dan kepala sekolah.
22
Hasil penelitian (1982) ditemukan bahwa besarnya aspek administrasi berkisar 70% - 80% sedangkan aspek akademik berkisar 20 % - 30 %. Dampaknya adalah kegiatan supervise sekedar untuk mencari kesalahan administrasi sekolah. Untuk menhindari itu, kegiatan supervise ditekankan pada aspek pembinaan akademik, dengan presentasi 75 % untuk akademik dan 25 % untuk administrasi

Tujuan Supervisi Pengajaran
1. Supervisi pengajaran merupakan bagian yang integral dengan sistem pendidikan nasional. Oleh karena itu dalam membahas tujuan supervisi pengajaran harus sejalan dan mendukung pencapaian tujuan pendidikan nasional maupun tujuan pendidikan pada umumnya. Tujuan pendidikan nasional secara jelas dapat diketahui dalam undang-undang nomor 20 tahun 2003 yang mengatur tentang sistem pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya…..
2. Glickman (1985) menguraikan bahwa tujuan supervisi pengajaran adalah untuk
membantu guru-guru belajar bagaimana meningkatkan kemampuan atau
kapasitasnya, agar murid-muridnya dapat mewujudkan tujuan belajar yang
telah ditetapkan.

23
3. Tujuan supervisi pendidikan dikemukakan oleh Sahertian dan Mateheru (1982) sebagai berikut :
a. Membantu guru melihat dengan jelas tujuan-tujuan
pendidikan,
b. Membantu guru dalam membimbing pengalaman
belajar murid-murid,
c. Membantu guru-guru dalam menggunakan sumber-
sumber pengalaman belajar,
d. Membantu guru dalam menggunakan metode-metode
dan alat-alat pelajaran modern,
e. Membantu guru dalam memenuhi kebutuhan belajar
murid-murid,
f. Membantu guru dalam hal menilai kemajuan murid-
murid dan hasil pekerjaan guru itu sendiri.

g. Membantu guru dalam membina reaksi mental atau
moral kerja guru dalam rangka pertumbuhan pribadi
dan jabatan mereka.

24
h. Membantu guru baru disekolah sehingga mereka
merasa gembira dengan tugasnya yang diperolehnya.
i. Membantu guru agar lebih mudah mengadakan
penyesuaian terhadap masyarakat dan cara-cara
menggunakan sumber-sumber masyarakat dan
seterusnya.
j. Membantu guru agar waktu dan tenaga
tercurahkan sepenuhnya dalam pembinaan
sekolahnya.










25
III. KESIMPULAN
Dari uraian yang telah disampaikan, dapat disimpulkan bahwa seorang supervisor dapat dilihat dari tugas yang dikerjakannya, suatu tugas yang dilaksanakannya memberi status dan fungsi pada seseorang. Dalam fungsinya nampak perananya dan dari peranannya terdapat tugas-tugas yang harus dilaksnakan oleh seorang supervisor pendidikan seperti yang telah diuraikan sebelumnya.












26
IV. DAFTAR PUSTAKA
A, Hasan, Yusuf, dkk., Pedoman Pengawasan, Jakarta: CV Mekar Jaya, 2002.
A, Sahertian, Piet, Drs, Prinsip dan Teknik Supervisi Pendidikan, Usaha Nasioanal, Surabaya: 1981.
Tim Penyusun Ditjen Baga Islam, Pedoman Pelaksanaan Supervisi Pendidikan Agama, Depag RI Ditjen Baga Islam, Jakarta, 2003.